Sabtu, 03 November 2012

Kumpulan sajak Agus Noor


"Aku pernah punya pagi terbaik denganmu. Pagi yang akan selalu kujaga dengan baik". 

"Seringkali, cara kita saling melukai, seperti ciuman-ciuman kecil yg kita sukai, yg selalu ingin kita ulangi."

"Peluklah segala kerisauanku, dan biarkan kesedihanku belajar pada ketabahanmu"

"Umpama maaf, hatiku adalah pintu. kau bisa masuk, tanpa perlu mengetuknya lebih dulu"

"Pada mulanya, bukanlah kata, tapi dusta. Sejak itulah, Tuhan ada. Lalu cinta, dan kita."

Selasa, 07 Februari 2012

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


(Sapardi Djoko Damono)

Minggu, 04 Desember 2011

Catatan Najwa: CATATAN PAHLAWAN


Pahlawan diperdebatkan sejak gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan diperlakukan mirip barang dagangan.

Di zaman Presiden Suharto bintang jasa diobral untuk jenderal, menteri dan kerabat sendiri.


Sedangkan di zaman pemerintahan transisional Presiden Habibie sebanyak 103 bintang jasa disematkan, termasuk untuk istri.


Kini politik kepahlawanan berulang saat Presiden Yudhoyono berikan tanda jasa pada para pendamping presiden dan wakil presiden.


Orang bertanya apa dasarnya.



Tanda jasa dan gelar bisa jadi sebuah penanda kuasa. Lantas pahlawan dan mereka yang dianggap berjasa pun diperebutkan ketokohannya.

Sejak 1959 sudah ada 149 pahlawan yang ditetapkan dan tiap tahun akan makin membengkak. Kontras dengan pahlawan di belahan dunia lain yang jumlahnya hanya puluhan.

Selain persoalan seleksi yang seharusnya ketat, kriteria tertentu yang dipersyaratkan untuk pencalonan pahlawan kerap mengundang tanya.


Mukadimah

Obral bintang, kritik mengundang. Presiden yudhoyono berikan tanda jasa adipradana untuk para pendamping RI-1 dan RI-2. Orang bertanya, apa dasarnya.

Tanda jasa adalah penanda kuasa. Gelar, bisa jadi sebuah alat pembenar.

Untuk itu, tak perlu heran. Di zaman Pak Harto, istana obral bintang untuk kerabat, pendamping presiden, jenderal, sampai menteri bawahan.

Rekornya terjadi di zaman pak habibie, 103 bintang diobral, termasuk untuk sang istri.

Perlombaan gelar pahlawan, itulah yang terjadi tiap pergantian pemerintahan.


Catatan Najwa

Tak pernah dalam sejarah, sebegitu banyak orang berhutang pada sedikit orang. Sejak 1959 negara mengakui 149 orang pemangku gelar pahlawan.

Pahlawan tak semata soal tokoh, dengan nama tertera di atas papan petunjuk jalan nan kokoh. Pahlawan merendahkan kebesaran, jasa mereka bersemayam dalam ruang kejadian.

Tanpa peperangan, tak ada lagi pahlawan. Siapa penerima gelar tanda jasa dan kehormatan, ada baiknya segera dirumuskan.

Tapi itu pun logikanya berlawanan, karena kepahlawanan mengabdikan warisan kehormatan. Bukan kepopuleran, bukan pula proyek penelitian.

Pahlawan bukan monopoli penguasa, atau angkatan bersenjata, pahlawan menyebar ke segala bidang, dari gelanggang ke gelanggang, mulai dari arena kejuaraan hingga pejuang keadilan.


Sumber: Metro TV